Syekh H. OK Machmoed Syafi’i Hoofdh Kadli Kerajaan Negeri Padang
TAK BANYAK generasi sekarang di kota Tebingtinggi dan sekitarnya yang
mengetahui jejak kehidupan dan perjuangan sosok ulama kharismatik Syekh H. OK
Machmoed Syafi’I (foto). Machmoed Syafi’i adalah Mufti Besar atau
Hofdh Kadli Kerajaan Negeri Padang, sepeninggal mufti sebelumnya Syekh
H. Tengku Muhammad Hasyim Al Kholidi Naqsabandi, yang wafat pada 1928. Syekh H.
OK Machmoed Syafi’i menjadi Hofdh Kadli Kerajaan Negeri Padang selama
tujuh tahun, yakni 1928-1935. Ulama thariqat aliran Naqsabandiyah itu, hidup
semasa dengan Raja Tengku Muhammad Nurdin alias Marah Hudin (1870-1914),
pemangku raja Padang dari Kesultanan Deli Tengku Jalaluddin (1914-1928), Tengku
Alamsyah (1928-1931), Tengku Ismail (1931-1933) dan Tengku Hasyim (1933-1946).
Menjabat sebagai Hofd Kadli di masa Tengku Alamsyah, Tengku Ismail dan
Tengku Hasyim.
Beliau, dilahirkan pada 1854 di
salah satu nagari di Batu Sangkar, Minangkabau dari keluarga penganut Islam
yang taat. Di usia muda, Machmoed Syafi’i setelah belajar agama dengan banyak
guru di kampungnya, diajak merantau oleh abangnya. Mereka pun melanglang buana
ke berbagai negeri. Bahkan, sampai di Makkah al Mukarramah untuk belajar
ilmu-lmu keagamaan khususnya ilmu tasawuf. Di tanah suci itu, Machmoed Syafii
tinggal cukup lama, ada yang menyebut hingga delapan tahun, tapi ada juga yang
menyebut 10 tahun.
Saat Raja Kerajaan Negeri Padang
Tengku Haji Muhammad Nurdin, menunaikan ibadah haji, keduanya bertemu. Dalam
pertemuan itu, Tengku Haji Muhammad Nurdin, mengajak Machmoed Syafii untuk
tinggal dan mengajar di Negeri Padang. Ajakan itu pun disambut dengan baik,
bersama abangnya Machmoed Syafii pulang kembali ke tanah air. Dia, berdiam dan
mengembangkan ilmu agamanya di Negeri Padang, sedangkan abangnya berdiam dan
tinggal di Negeri Serdang.
Sudah menjadi tradisi di kalangan
para sultan di Kesultanan Melayu Sumatera Timur, bahwa mereka memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap agama Islam. Salah satu di antara kepedulian
itu, adalah mendirikan maktab di tanah suci. Maktab itu dimaksudkan sebagai
tempat persinggahan dan menginap masyarakat di kerajaannya yang melaksanakan
ibadah haji. Selain itu, mereka juga mengajak putra-putra asal Nusantara yang
belajar dan bermukim di Makkah untuk kembali ke tanah air, mengajar dan
mensyiarkan Islam.
Tidak mengherankan, jika para sultan
dari Kesultanan Langkat, Deli, Serdang, Bedagai, Padang, Asahan hingga Kuta
Pinang memiliki ulama-ulama yang menimba ilmu dari Makkah. Dalam paham fiqih,
seluruh Kesultanan Melayu Sumatera Timur bermazhab Syafiiyah, sedangkan dalam
thariqat umumnya beraliran Naqsabandiyah.
Selama tinggal menetap di Negeri
Padang, Syekh H. OK Machmoed Syafii, banyak mengajar di kalangan keluarga
kerajaan, mulai dari Bandar Khalifah hingga ke Tinokkah (Sipispis). Bahkan,
beberapa maktab juga didirikan untuk siar agama Islam, khususnya di kalangan
rakyat di hulu Negeri Padang yang masih memiliki keyakinan tradsional Sipelebegu.
Awalnya, Syekh H. OK Machmoed Syafii tinggal dan menetap di Bandar Khalifah dan
menjadi imam besar Masjid Raja Bandar Khalifah.
Dia, menjalankan tugas-tugas keagamaan sebagai tuan kadli mewakili Hofdh
Kadli di kesyahbandaran itu. Di antara murid Syekh H. OK Machmoed Syafii yang
kemudian mengikuti jejaknya adalah Tuan Kadli Harun dan Tuan Kadli Mahmud.
Sebagai ulama kharismatik Negeri
Padang, Syekh H. OK Macmoed Syafii juga dikenal sebagai ulama yang memiliki
karomah. Sifat karomah itu menjadi cerita turun temurun di kalangan keluarga
besar ulama thariqat Naqsabadiyah itu. Seperti penuturan Mahiddin Syafii, di
mana Syekh H. OK Machmoed Syafii dengan izin Allah bisa merubah dedaunan
menjadi uang di saat terdesak.
Kisahnya bermula, ketika Syekh H. OK
Machmoed Syafii yang telah menjadi Hofd Kadli Negeri Padang akan
menikahkan warga kerajaan di Kampung Paya Kapar. Hofd Kadli ini selalu ditemani
anak angkatnya bernama Said kemana pun dia pergi, baik saat mengajar atau
berdakwah dan menikahkan warga kerajaan. Ketika malam tiba, berangkatlah
Machmoed Syafii dan anak angkatnya menuju rumah ahlun nikah. Mereka berangkat
menggunakan sado yang bertugas mengantar jemput mereka.
Di perjalanan, ulama itu kelupaan
membawa uncangnya tempat biasa menyimpan uang. Menjelang dekat dengan
rumah ahlun nikah, Machmoed Syafii minta sado yang ditumpanginya
berhenti dan dia pun turun. Kemudian segera berjalan menjauhi sado dan masuk ke
hutan kecil di tepi jalan. Pengiringnya tidak mengerti kenapa ulama itu turun
dan hilang sebentar di rerimbunan. Tak berapa lama Syekh Machmoed keluar dan mereka
melanjutkan perjalanan. Menjelang turun, Syekh Machmoed memberikan ongkos
kepada anak angkatnya Said dan berpesan kelebihan uang itu untuk anak
angkatnya. Hanya saja, beliau menambahkan pesan, segera belanjakan uang itu dan
jangan disisakan hingga esok hari.
Entah karena sayang pada pemberian
ulama itu, Said hanya membelanjakan sedikit uang itu, dengan minum kopi di
salah satu warung. Sedangkan sisanya tetap disimpan. Keesokan paginya, Said
terkejut karena siasa uang pemberian ulama itu hilang. Dicari kemana pun tetap
tak ada. Ketika hal itu disampaikan kepada Syekh H. OK Machmoed Syafii, ulama
thariqat itu hanya tersenyum, sambil mengatakan sudah diingatkan agar uang itu
segera dibelanjakan.
Karomah kedua yang jadi cerita turun
temurun keturunan Syekh Machmoed Syafii, adalah menjala ikan di daratan, tapi
jalanya berisi ikan yang banyak. Diceritakan, ketika masih bermukim di Bandar
Khalifah, ada kebiasaan baik ulama ini, yaitu menjamu jemaah dan murid-muridnya
untuk datang dan makan di rumahnya.
Satu kali, istri keduanya Ulong
Sariah mengingatkan akan adanya makan bersama dengan murid-muridnya di kediaman
mereka. Sang istri mengingatkan, selain beras tak ada lauk pauk di dapur. Ulong
Sariah meminta agar ulama itu mencari lauk pauk. Tapi hingga waktu maghrib,
lauk pauk itu belum ada di dapur, sehingga sang istri gelisah dan melaporkannya
kepada ulama bermazhab Syafiiyah itu.
Segera saja, beliau mengambil jala
yang tergantung di tiang dapur dan kemudian pergi keluar. Sang anak Mahiddin
Syafii yang waktu itu berusia delapan tahun, heran bagaimana bisa malam-malam
pergi menjala, sehingga dia mengikuti ayahnya itu. Anehnya, ulama itu tidak
pergi ke sungai, karena jarak antara sungai dan rumah berkisar 100 meter.
Mahiddin Syafii melihat dari atas tangga dapur lah ulama kerajaan itu menebar
jalanya di daratan. Namun, ketika jala itu diangkat, ada banyak ikan yang masih
hidup menggelepar di jaring jala itu. “Saya kaget bagaimana bisa menjala di
darat, tapi ada ikannya,” terang Mahiddin, anak ulama Negeri Padang yang kini
berusia 89 tahun, di kediamannya. Hasil menjala di darat itulah dijadikan lauk
pauk menjamu makan murid-muridnya malam itu.
Selama menjabat Hofdh Kadli
Negeri Padang, Syekh H. OK Machmoed Syafii berkantor di Balai Kerapatan –
sekarang Markas Koramil 013 – bersama dengan pembesar kerajaan lainnya.
Sedangkan keluarganya tinggal di Kampung Badak Bejuang – sekarang eks Bioskop
Prince atau komplek ruko Jalan KF Tandean – hingga wafatnya.
Menurut penuturuna Mahiddin Syafii,
ulama kerajaan Negeri Padang itu wafat pada 1935 sepulang dari mengikuti
kegiatan muzakarah antar ulama kesultanan Sumatera Timur di Tanjung Balai. “Dari
diagnosis dokter, orang tua saya itu meninggal karena serangan jantung,” tutur
Mahiddin. Syekh H. OK Machmoed Syafii, dimakamkan di lahan keluarganya di
Kampung Durian –sekarang Jalan Prof. Hamka – berdamping dengan stadion Kampung
Durian. Di komplek itu juga dimakamkan salah seorang anaknya. Namun, pada 2010,
saat lahan warisan itu dijual, makam ulama Negeri Padang itu dipindahkan ahli
waris ke pemakaman Masjid As Syafa’ah Kampung Bicara di Jalan Prof. Hamka, Kel.
Durian, Kec. Bajenis. Abdul Khalik
6 comments for "Syekh H. OK Machmoed Syafi’i Hoofdh Kadli Kerajaan Negeri Padang"
Ibu saya adalah Hairani Batubara, yang merupakan putri dari Siti Abbasiyah yang merupakan putri dari Onyang OK Mahmud Syafi'i dengan Nenek Siti Maryam.
Keluarga kami berdomisili di Pematang Siantar.
Saya surya dermawan anak dari Ismaidi HS bin Hemiari Syafii binti ulong sariah (istri ke2 oyang). Saya tinggal di tebing tinggi. Jika ada informasi ttg garis kturunan dari istri prtama,ke3 dan ke4 onyang saya mohon kesediaan sdr/i memberi tau saya. Skrg ini saya sedang mmbuat grafik garis keturunan sekaigus memperluas persaudaraan.
Atas kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
(081375900208)
saya Harry surya darma putra dari syuchaidir Hs bin himyairi syafii bin syeikh machmoed syafii