----iklan---- Momok Banjir Yang Semakin Terkendali (4) - JEJAK KHALIK
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Momok Banjir Yang Semakin Terkendali (4)

            SEJAK lama, banjir merupakan momok tersendiri bagi masyarakat kota Tebingtinggi, khususnya berada di bantaran sungai. Terdapat tujuh kelurahan dengan belasan ribu rumah tangga yang setiap tahunnya mengalami dampak akibat banjir tahunan dari tiga sungai yang melintasi kota Tebingtinggi, yakni sei Padang, Bahilang dan Sibarau. Jika dihitung kerugian sepanjang banjir yang melanda perumahan warga, maka kerugian yang diderita masyarakat bisa mencapai angka hingga puluhan milyar rupiah.
            Salah satu di antara visi dan misi Wali Kota Tebingtinggi Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM, adalah penanggulangan banjir di kota Tebingtinggi, di mana langkah-langkah yang dilakukan telah menunjukkan hasil, berupa dilaksanakannya program pengendalian banjir. Paling tidak selama 2012-2014, sejumlah program telah dilakukan dalam rangka menjalankan program itu, khususnya pada dua sungai berdampak, yakni sei Padang dan Bahilang. Bahkan, terhadap sungai Bahilang yang melintasi enam kelurahan, dilakukan perlakuan khusus guna menjinakkan kedatangan banjir dimusim penghujan.
            Pada 2011, banjir besar yang melanda kota Tebingtinggi berasal dari sei Bahilang, memberikan pengetahuan kepada Wali Kota Tebingtinggi bagaimana mengendalikan banjir yang terus menjadi momok bagi masyarakat di inti kota. Maka langkah pertama yang dilakukan menjinakkan sungai Bahilang, adalah dengan melakukan pengerukan terhadap dasar sungai. Dinas PU dengan mengandalkan alat berat eskavator, melakukan pengerukan dasar sungai sejak dari muara sungai hingga ke perbatasan kota. Kerukan dasar sungai kedalamannya mencapai 2 meter dengan areal kerukan tersebar, di mana material kerukan kemudian dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai keperluan. Hasilnya, kapasitas daya tampung sei Bahilang semakin besar.
     Tahap ini, kondisi banjir yang terjadi setiap turun hujan, telah mampu dikendalikan,  di beberapa areal pemukiman inti kota, karena badan sungai Bahilang mampu menampung limpahan air hujan yang turun. Misalnya, di Kel. Persiakan, Tualang, Bandar Sono, Mandailing dan Pasar Baru. Hal itu, diperkuat dengan kerja keras Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) yang melakukan pengerukan dan pembersihan terhadap drainase di seluruh kota. Dampaknya, banjir akibat hujan turun mulai bisa dikendalikan.
            Tak puas dengan pengerukan terhadap dasar sungai Bahilang, Dinas PU melalui Subdis Pengairan, melakukan langkah cukup brilian. Didahului dengan melakukan survey mendapatkan areal yang bisa dijadikan sebagai lokasi tampungan sementara, jika air bah akibat hujan di hulu yang seringkal tak terduga datangnya. Hasil survey diperolah badan sungai dengan lekukan tajam di Kel. Persiakan, Kec. Padang Hulu. Lekukan jalur sungai yang menyerupai angka 8 itu kemudian, dinegosiasikan untuk dijadikan sebagai kolam penampungan air bah (foto), kepada pemilik lahan, di mana si pemilik setuju. Dimulailah pembangunan kolam tampungan (situ) oleh Subdis Pengairan Dinas PU, dengan mengandalkan satu escavator saja, pada akhir 2012. Kedalaman situ  mencapai 5 meter dengan garis tengah lingkaran sekira 50 meter. “Saya yakin situ inilah kunci pengendalian banjir sungai Bahilang,” ujar Muhammad Yusuf, Kasubdis Pengairan Dinas PU kota Tebingtinggi yang bertanggung jawab soal itu.
            Kini, ribuan warga di Kel. Bandar Sono, Mandailing, Pasar Baru, Pasar Gambir dan Badak Bejuang, bisa mengurangi rasa khawatirnya, karena limpahan air hujan dari hulu yang selama puluhan tahun sering mengganggu tidur mereka, relatif bisa dikendalikan. Tapi, kerja belum selesai, karena masih ada problema di sejumlah kelurahan yang dilintasi sungai besar, yakni sungai Padang. Setiap kali debit air sungai Padang meningkat, dipastikan, Kel. Bandar Utama, Bandar Sakti dan Badak Bejuang akan mengalami kebanjiran. Penyebabnya, disinyalir adalah bendungan mati milik Dinas Pengairan Sumut di Kel. Tambangan Hilir, Kec. Padang Hilir yang selama ini menjadi sumber pengairan ribuan hektar sawah di Kab. Sergai.
            Maka langkah kedua pun dilakukan Wali Kota Ir.H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM, dengan melakukan kerjasama di berbagai bidang dengan Pemkab tetangga itu. Hasilnya sejumlah kerjasama pun dilakukan. Salah satunya upaya pembangunan bendung gerak di hilir sungai Padang, belakangan dikenal dengan nama ‘Bendung Bajayu’ (Batak, jawa, Melayu). Prestasi besar pun diraih, Ketika Kementerian PU melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II, mengalokasikan pembangunan bendungan itu berbiaya Rp250 milyar. Peletakan batu pertama pembangunan bendungan itu sudah dilakukan Gubsu H. Gatot Pudjo Nugroho, ST, MSi, beberapa waktu lalu. Diharapkan, jika bendungan itu selesai pada 2017 nanti, pengendalian banjir diakibatkan luapan sungai Padang akan bisa dikendalikan secara lebih baik, disamping kegunaan irigasi untuk persawahan di Kab. Serdang Bedagai.
            Sepanjang 2013-2014, hampir tidak agi terdengar ada banjir besar melanda inti kota Tebingtinggi. Orang agaknya bisa berfikir kritis bahwa dua tahun itu bukan musim penghujan dengan intensitas yang tinggi. Tapi bagaimana pun, harus diakui kerja keras Pemko Tebingtinggi dibawah kepemimpinan Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM, dan Ir. H Oki Doni Siregar, telah berhasil pengendalikan banjir yang selama ini dikhawatirkan puluhan ribu masyarakat kota lintasan itu. Wallahu a’alamu bi ash shawab. Abdul Khalik

Post a Comment for "Momok Banjir Yang Semakin Terkendali (4) "