Pembangunan Jembatan Melalui Konsep P3 (3)
SEPANJANG dua tahun penuh masa kepemimpinan Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM
dengan dua wakilnya, Alm. H. Irham
Taufik, SH, MAP dan penggantinya Ir.H. Oki Doni Siregar, perhatian Pemko
Tebingtinggi terhadap sektor perhubungan sangat tinggi, bahkan bisa
dikategorikan langkah maju. Paling tidak selama 2012-2014, ada tiga jalan yang
dibangun, guna membuka isolasi lingkungan-lingkungan yang selama ini terisolir.
Tiga jalur penghubung yang dibuka,
yakni jembatan sei Padang II dan jalan penghubung antara Kel. Karya Jaya, Kec.
Bajenis dengan Kel. Bandar Sakti, Kec. T.Tinggi Kota. Kemudian jembatan sei
Sibarau I dan jalan penghubung antara Kel. Brohol dan Kel. Pinang Mancung, Kec.
Bajenis, serta pembukaan Jalan Gelatik, Link 01, Kel. Pinang Mancung, Kec.
Bajenis. “Jalan Gelatik ini dikerjakan
tepat saat bulan bakti gotong royong, bersama TNI, masyarakat dan Pemko
Tebingtinggi,” ujar Camat Bajenis, Surya Dharma, SH, dalam satu kesempatan.
Dari ketiga jalur penghubung atau jalan kota
yang dibangun Pemko Tebingtinggi itu, salah satu diantaranya, yakni jembatan
penghubung Kel. Brohol dan Pinang Mancung masuk kategori istimewa, karena
satu-satunya di Indonesia, di mana konstruksi jembatan dan bahan bangunannya
langsung berasal dari Jerman. Konstruksi jembatan itu, harganya mencapai Rp1,1
milyar.
Wali Kota Ir. H Umar Zunaidi
Hasibuan, MM, dalam satu perbincangan mengakui konstruksi dan bahan bangunan
jembatan itu berasal dari Jerman, merupakan hibah dari Direktorat Jenderal Bina
Marga, Kementeria Pekerjaan Umum RI, pada 2013 lalu. Ditambahkan, saat itu Wali
Kota sebagai ketua dari asosiasi jalan dan jembatan Sumut mendapat undangan
dari Kementerian PU untuk melakukan kunjungan kerja di Jerman, terkait kontrak
kerja pembangunan jembatan di berbagai daerah di Indonesia. “Sepulang dari
lawatan itu, kita ajukan permohonan agar Tebingtinggi mendapatkan hibah
jembatan itu. Alhamdulillah permohonan kita diterima,” ungkap Wali Kota.
Dengan demikian, jika jembatan sei Sibarau I itu selesai, maka
itulah jembatan pertama di Indonesia yang berhasil dibangun yang bahan-bahan
dan teknologinya berasal dari Jerman. Nilai bahan bangunan jembatan itu saja
mencapai Rp1,1 milyar. Selain itu, pembangunan jembatan sei Sibarau I,
merupakan model ideal yang diharapkan jadi model pembangunan di seluruh
Indonesia, karena terjadinya hubungan sinergis antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan masyarakat atau dikenal dengan istilah P3 (Pemerintah,
Publik dan Privat). Artinya pemerintah pusat memberikan hibah (berbentuk bahan
bangunan) kepada pemerintah daerah, kemudian pelaksanaan pekerjaannya dibiayai
pemerintah daerah, sedangkan masyarakat memberikan lahan mereka untuk
pembangunan tanpa harus mendapat ganti rugi alias gratis. “Inilah konsep ideal
dalam pembangunan di Indonesia dan kita sudah memulainya,” tegas Wali Kota.
Dari data yang berhasil diperoleh pada lokasi proyek, pembangunan
jembatan sei Sibarau I menelan dana Rp6.337.500.000, berasal dari PAPBD TA
2014. Pelaksanaan proyek dikerjakan rekanan PT Fifo Pusaka Abadi. Sedangkan
keterangan di kantor kecamatan Bajenis, ada 8 kepala keluarga yang memberikan
lahan mereka secara percuma untuk pembangunan jalan dan jembatan itu. Masing-masing
3 KK di Kel. Pinang Mancung dan 5 KK di Kel. Brohol. Luas lahan yang mereka
serahkan ke publik untuk pembangunan jembatan, yakni 800 meter di Kel. Brohol
dan 240 meter di Kel. Pinang Mancung. Selain itu, lahan yang akan dibebaskan
untuk jalur penghubung berikutnya sejauh 1.500 meter. “Semua masyarakat pemilik
lahan sudah ikhlas memberikan lahan jika nanti dibutuhkan masyarakat,” tegas
Surya Dharma, SH.
Selanjutnya, jika jembatan sei Sibarau I itu selesai dikerjakan,
maka ada ratusan kepala keluarga yang akan terhubung. Keterangan Camat Kec.
Bajenis, paling tidak dengan adanya jembatan itu, akan ada 665 kepala keluarga
yang terhubung di dua kelurahan itu, di mana sebelumnya terisolasi. Kepala
keluarga yang terhubung ada 425 KK di Kel. Brohol dan 240 KK di Kel. Pinang
Mancung. Tak hanya itu, dampak positif keberadaan jembatan penghubung, saat ini
sudah terasa. “Dulu harga tanah per rante sebelum ada jembatan Rp25 juta, tapi
sekarang harganya sudah melonjak hingga Rp50 juta per rante, padahal jembatan
belum siap,” terang Camat Bajenis itu.
Akan halnya jembatan sei Padang II yang penghubungkan Kel. Bandar
Sakti dan Kel. Karya Jaya, terus diupayakan dapat dilaksanakan sesuai konsep
P3. Namun, diakui Camat Bajenis, hingga kini masih ada 3 pemilik lahan yang belum
ikhlas untuk memberikan lahan mereka bagi pembuatan jalan penghubung itu.
“Kita berusaha agar konsep Wali Kota soal pembangunan model P3 itu
bisa dilaksanakan di jembatan sei Padang II,” tandas Surya Dharma, SH. Sedangkan
Jalan Gelatik saat ini telah menjadi jalan andalan petani di Kel. Pinang
Mancung, karena digunakan sebagai jalur pengantar hasil bumi agar bisa lebih
cepat tiba di pasar-pasar perdagangan kota Tebingtinggi. Abdul Khalik
Post a Comment for "Pembangunan Jembatan Melalui Konsep P3 (3)"