----iklan---- RSU Dr.H.K Pane T.Tinggi, Saatnya Menjadi RS Rujukan Kedaruratan Di Pantai Timur - JEJAK KHALIK
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

RSU Dr.H.K Pane T.Tinggi, Saatnya Menjadi RS Rujukan Kedaruratan Di Pantai Timur




Tahun 2005, mantan Kadis Kesehatan Kota Tebingtinggi yang saat ini menjadi Kadis Kesehatan Kota Medan Dr.H.Edwin Effendi, MSc, pernah memiliki obsesi, nantinya RSU Dr.H. Kumpulan Pane akan menjadi rumah sakit rujukan kedaruratan di wilayah Pantai Timur, meliputi Kab. Sergai, Batubara, Asahan dan Simalungun. Obsesi itu, berdasarkan pada asumsi, Tebingtinggi merupakan kota yang memiliki akses mudah keluar-masuk bagi keempat kabupaten itu, disamping posisinya sebagai kota lintasan.

Dasar pemikiran lain, dengan pembangunan fasilitas Bandara Kuala Namu dan akses jalan tol Medan-Tebingtinggi, ke depan fasilitas kesehatan Kota Tebingtinggi akan menjadi demikian penting bagi pelayanan kedaruratan kesehatan di Pantai Timur. Mengingat volume arus mobilitas masyarakat yang tinggi pada kedua fasilitas publik itu.

Sebagai rumah sakit rujukan kedaruratan, RSU Dr.H.Kumpulan Pane, diharapkan akan mampu menangani warga keempat kabupaten yang mengalami kondisi kritis, korban kecelakaan maupun pasien penderita berbagai penyakit, yang membutuhkan penanganan cepat, efektif dan efisien. Artinya, korban dan pasien tidak harus merujuk ke Medan untuk mendapatkan penanganan kesehatan, tapi cukup datang ke Tebingtinggi. Mengingat jarak tempuh yang lebih dekat dari dan ke empat kabupaten.

Jika lima tahun lalu, itu merupakan obsesi, tapi tidak dengan saat ini. Upaya menjadikan RSU Dr.H.Kumpulan Pane sebagai RS rujukan kedaruratan di Pantai Timur mulai menemukan bentuknya. Proses metamorfosis ke arah itu, telah dilakukan secara berkesinambungan oleh Pemko Tebingtinggi. Dimulai dengan renovasi bangunan secara total empat tahun terakhir. Menyusul pembenahan peralatan medis hingga pembaruan administrasi dan manajemen pengelolaan RS. Tiga kebijakan utama yang dilakukan terhadap RS terletak di Jalan Dr.Kumpulan Pane, Kel. Pasar Baru, Kec. T.Tinggi Kota itu, menjadikan UPTD kebanggaan warga kota itu meraih status kelas B, di tahun 2009.

Seiring dengan status kelas B, peningkatan pendapatan dalam mengisi pundi-pundi pendapatan asli daerah menjadi keniscayaan. Laba yang diraih RSU itu terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2008, misalnya pendapatan yang masuk ke kas Pemko Tebingtinggi mencapai Rp2,8 milyar. Tapi di 2009 mengalami kenaikan drastis hingga Rp3,8 milyar. Sedangkan pada 2010 ada target beban pendapatan mencapai Rp5 milyar. “Kami yakin target itu bisa tercapai, bahkan bisa lebih,” optimis Kepala RSU Dr.H.Vive Kananda, Sp.THT, saat berbincang di ruang kerjanya, Senin lalu.

Optimisme itu, bukan sekedar keyakinan kosong, tapi berdasarkan fakta rasional. Saat ini, jumlah pasien yang membutuhkan layanan kesehatan RSU terus meningkat. Bahkan, cenderung mengalami booming pasien. Untuk ruang layanan inap misalnya, umumnya dalam kondisi full, bahkan banyak di antaranya harus antri menunggu giliran, khususnya di ruangan VIP. Sedangkan 13 instalasi rawat jalan, terdiri dari poliklinik bedah, kebidanan dan kandungan, gigi serta anak, serta lainnya, umumnya mendapat kepercayaan baik dari masyarakat. Bahkan, ruang haemodialisa (cuci darah) telah menerapkan daftar antri, karena tingginya pasien yang akan menggunakannya. Sebaran pasien juga tidak hanya untuk warga kota. Tapi lebih dari itu, warga sekitar kota dari empat kabupaten, memanfaatkan fasilitas kesehatan RSU Kota Tebingtinggi itu. Penyempurnaan juga terus dilakukan, dengan menambah ruang VIP, bank darah serta instalasi UGD serta SDM kesehatan yang kian baik.

Kebutuhan CT Scan

Namun, ditengah upaya penyempurnaan itu, ada hal yang merisaukan, karena hingg kini RSU Dr.H. Kumpulan Pane belum memiliki peralatan canggih CS Scan. CT Scan, kata Vive Kananda, menjadi faktor X yang menunda sementara harapan untuk menjadi RS rujukan kedaruratan Pantai Timur. Alasannya, peralatan itu mengakibatkan RS pimpinannya masih harus bergantung pada intitusi kesehatan lain. Akibatnya, banyak hal dalam penanganan kesehatan bersifat darurat dan segera, jadi terhambat.

Beberapa kerugian yang diakibatkan oleh ketiadaan CT Scan, adalah lambannya penanganan pasien kritis, karena harus meminta rujukan ke RS lain. “Umumnya rujukan untuk CT Scan harus ke Medan,” terang Kananda. Selain itu, ketiadaan CT Scan juga berakibat keluarnya dana besar dalam pembiayaan CT Scan itu. Rata-rata untuk satu kali scanning pasien, dibutuhkan dana Rp500 ribu. Belum lagi biaya transportasi pasien dan hal tak terduga lainnya. Padahal, scanning menjadi kebutuhan mutlak dalam penanganan pasien kedaruratan.

Satu tahun terakhir, ungkap Kananda, upaya untuk mendapatkan peralatan medis berbiaya Rp10 miliar itu telah dilakukan. Salah satu di antaranya dengan mengajukan permohonan melalui Bantuan Daerah Bawahan (BDB) dari APBD Provsu. Beberapa anggota DPRD Sumut dari Dapem Sergai/Tebingtinggi, yakni Evi Diana Herry Nuradi (Golkar), Hidayatullah (PKS), Alamsyah Hamdani (PDIP), Fadly Nurzal (PPP) dan Salomo TD Pardede (PD), menyatakan siap memperjuangkan upaya itu. Selain itu, Kananda juga berharap, untuk penyediaan peralatan itu ada dukungan dari APBD kota Tebingtinggi. “Kalau bisa anggota DPRD kita mendukung pengadaannya,” harap dia.

Keberadaan CT Scan itu nantinya, akan memperpendek jarak penanganan kesehatan di Pantai Timur, karena korban kecelakaan dan pasien kritis lainnya, tak perlu harus dilarikan ke Medan, tapi cukup ke Tebingtinggi, tegas Kananda.

Menyambut paralatan medis itu, Kananda, mengakui pihaknya jauh-jauh hari telah mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana pendukung. Misalnya, peralatan listrik pendukung, ruangan peralatan, bahkan tenaga ahli bidang radiologi untuk itu juga sudah dikontrak melalui MoU. RSU Dr.H.Kumpulan Pane mengharapkan peralatan CT Scan dengan kapasitas 32 slices, sebagai peralatan standard. “Kita sudah siapkan semua perangkat pendukungnya,” tegas alumni spesialis THT Kedokteran USU itu.

Jika memang itu jadi harapan untuk menjadikan status RSU Tebingtinggi sebagai RS rujukan kedaruratan di Pantai Timur, sepertinya tidak ada alasan untuk menolak harapan itu. Bukankah pengadaan CT Scan akan membuka ruang untuk peningkatan PAD Kota Tebingtinggi, di masa depan. Jadi tunggu apa lagi Pak Wali, segera penuhi harapan itu.

RS RUJUKAN : Saatnya RSU Dr.H.Kumpulan Pane Kota Tebingtinggi jadi RS rujukan kedaruratan di Pantai Timur. Ruangan klas I RS yang jadi tumpuan perawatan kesehatan masyarakat. Foto direkam, Minggu (31/1).

1 comment for "RSU Dr.H.K Pane T.Tinggi, Saatnya Menjadi RS Rujukan Kedaruratan Di Pantai Timur"

Anonymous 19 January 2011 at 10:58 Delete Comment
masih jauh dari yang diharapkan rsu kumpulan pane anda tidak tahu bagaimana yang didalamnya.tactorev