----iklan---- Tg. H. Syekh Mhd. Hasyim Al Kholidi Naqsabandi Ulama Asal T.Tinggi Yang Pernah Memimpin Basilam. Langkat - JEJAK KHALIK
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tg. H. Syekh Mhd. Hasyim Al Kholidi Naqsabandi Ulama Asal T.Tinggi Yang Pernah Memimpin Basilam. Langkat




Tak banyak generasi sekarang di Kota Tebing Tinggi yang mengetahui sosok ulama tarikat satu ini. Padahal, Tengku H. Syekh Muhammad Hasyim Al Kholidi Naqsabandi, merupakan satu di antara khalifah tariqat Naqsabandi yang pernah memimpin pusat persulukan tariqat itu di Kampung Basilam, Kab. Langkat.

Tg. H. Syekh Mhd. Hasyim Al Kholidi Naqsabandi, dari penuturan buyutnya Husni Thabri, Rabu (26/8), wafat di Kampung Kebun Kelapa pada 1928. Ulama kharismatik itu diperkirakan berusia 130 tahun dan dikebumikan di pemakaman keluarga, kini terletak di Gg. Keluarga Link.01, Kel. Tebing Tinggi, Kec. Padang Hilir.

Dikisahkan, Tengku Mhd Hasyim dilahirkan di Bandar Khalifah sekira tahun 1792 dari keluarga Kerajaan Padang berpusat di Tebing Tinggi. Ayahnya bernama Tengku Abdullah, bangsawan dari Kerajaan Johor, Malaysia. Sedangkan Pak Cik beliau, merupakan raja Kerajaan Padang ke 12 bernama Raja Tebing Pengeran yang gugur akibat pengkhianatan dalam perang melawan Kerajaan Bedagai.

Raja Tebing Pangeran dalam literature terbatas, dikenal sebagai pemberi nama dan pendiri Kota Tebing Tinggi. Di masa kekuasaannya, berdiri pangkalan (pelabuhan sungai) di tepian Sei Padang tepat di muara Sei Bahilang. Pangkalan diberi nama sesuai dengan nama pendirinya, yakni Pangkalan Tebing. Belakangan nama itu berkembang menjadi Tebing Tinggi seiring dengan pertumbuhan daerah itu.

Pasca wafatnya Raja Tebing Pengeran, tampuk kekuasaan Kerajaan Padang dikendalikan bangsawan etnis Simalungun. Gejolak politik kerajaan itu, telah meminggirkan hak-hak politik dari warga Melayu pesisir, sehingga banyak di antaranya yang beralih perhatian dengan mendalami agama Islam dan menjadi ulama.

Satu di antaranya adalah Tengku Mhd. Hasyim yang kala itu masih berusia muda. Dia mendalami ilmu tariqat dari aliran Naqsabandiyah di Basilam, hingga kemudian sempat memimpin persulukan itu. “Diperkirakan beliau memimpin persulukan itu sebelum masa Syekh Abdul Wahab Rokan,” kata Kasubbag Perundang-undangan di Bagian Hukum Pemko Tebing Tinggi itu, di ruang kerjanya.

Pada masa berikutnya, Mhd Hasyim kembali ke kampung halamannya di Kerajaan Padang dan menetap di Kampung Kebun Kelapa. Beliau menikah dengan Hj Syofiah dan mendapat tujuh anak. Selain istri pertama, ulama tariqat ini juga memiliki tiga istri lainnya. Namun, aku Husni Thabri, semua keturunannya telah meninggal dan kini hanya tinggal cucu dan cicitnya saja. “Anak terakhir buyut kami itu meninggal 1966 bernama Hj Mariatul Qobtiah,” ungkap Thabri, yang merupakan cucu keturunan terakhir ulama tariqat itu.

Tengku H. Syekh Mhd Hasyim Al Kholidi Naqsabandi itu juga memiliki hubungan dengan pendiri Kota Tebing Tinggi Datuk Bandar Kajum atau dikenal dengan Datuk Punggawa dari Kerajaan Padang. Datuk Bandar Kajum beristrikan Hj. Fathimah yang merupakan anak pertama dari istri pertama Hj. Syofiah. Ulama tariqat itu sempat menunaikan ibadah haji ke Makkah, berlayar dari Pangkalan Tebing menuju Bandar Khalifah. Dari Bandar Khalifah, jamaah haji kala itu menyeberang ke Penang, Malaysia dan terus berlayar ke Jeddah.

Dari Kebun Kelapa itu pula, lanjut Husni Thabri, khalifah Naqsabandiyah itu, menyebarkan pahamnya ke berbagai wilayah, meliputi kerajaan Padang, Bedagai hingga ke Kerajaan Serdang. Lima Laras dan Kerajaan Bandar. Beberapa persulukan sempat dibuka murid-murid Tuan Guru Mhd. Hasyim, di antaranya di Bedagai, Sei Buluh, Lidah Tanah, Tebing Tinggi dan Bandar Khalifah. Jejak terakhir dari penyebaran tariqat Tuan Guru Mhd. Hasyim itu, masih terlihat di Lidah Tanah, tepatnya di Kampung Tengah. Dulu dipimpin Khalifah Adnan dan terakhir ada di Sei Buluh dipimpin H. Dul Hadi, terang Thabri.

Tuan Guru Mhd. Hasyim juga membuka persulukan di lahan miliknya. Namun, saat ini persulukan itu telah lama rubuh dan lahannya kini menjadi area perkebunan ubi, tepat dipinggir rel kereta api arah Rantau Prapat, di kelurahan Tebing Tinggi.

Semasa hidupnya, ulama tariqat ini dikenal memiliki karomah sebagai tanda kedekatannya kepada Allah SWT. Seperti penuturuan nenek Husni Thabri kala masih hidup, Syekh Muhammad Hasyim ini dikenal dengan doanya yang makbul. Bahkan, setelah wafatnya, makam ulama itu sering diziarahi masyarakat untuk bernazar. “Seingat saya hingga tahun 1970 masih banyak orang yang berziarah,” kata dia.

Karomah lain yang sempat terekam dalam ingat keturunannya, adalah kemampuan Tuan Guru Mhd. Hasyim dalam melihat maksud orang yang datang kepadanya. Begitu pula dengan kemampuannya melihat masa lalu dan masa depan, di mana banyak masyarakat kala itu yang meminta tunjuk ajar padanya, kata Husni Thabri.

Sayangnya, jejak ulama tariqat itu, kini tak lagi bergema. Seiring dengan perjalanan waktu, nama ulama tariqat asal Kota Tebing Tinggi itu, telah lama tak dibicarakan orang lagi. Bahkan, keturunannya telah belasan tahun tidak menyelenggarakan haul tuan guru itu. Haul terakhir yang dilaksanakan, kata Husni Thabri, seingat dia pada 1992. Setelah itu, kegiatan yang sama hilang ditelan seiring edaran masa.

Makamnya pun kini terkesan tak terurus. Bangunan yang menutupi kubur terlihat telah kusam. Seng atasnya menganga lebar tak diperbaiki. Sedangkan plang nama yang terletak di depan komplek pekuburan itu, tulisannya juga telah kabur. Zaman, ternyata telah melupakan sosok ulama tariqat yang jaya di masa lalu.

2 comments for "Tg. H. Syekh Mhd. Hasyim Al Kholidi Naqsabandi Ulama Asal T.Tinggi Yang Pernah Memimpin Basilam. Langkat"

Anonymous 9 June 2013 at 20:23 Delete Comment
ass ww. Info ini sebaiknya didukung data yg benar.Di Babussalam Langkat,nama ini tak dikenal sbg pernah memimpin Pusat Persulukan itu.Boleh jadi Alm salah seorang mursyid,pemimpin persulukan di kawasan T.Tinggi.Coba diteliti lagi.
Rizki Maulana 26 January 2020 at 20:29 Delete Comment
Benar sekali, Syekh Hasyim adalah salah seorang murid utama dari Syekh Abdul Wahab Rokan ( Syekh Besilam ) beliau tidak pernah memimpin persulukan di Babussalam. tetapi Beliau membuka dan mengembangkan tariqat Naksabandi di Kampung Kebun Kelapa Tebing Tinggi dan Wafat di tahun 1955.