----iklan---- Belajar Dari Spiritualitas Umrah "Buya" Bupati - JEJAK KHALIK
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Belajar Dari Spiritualitas Umrah "Buya" Bupati

KESAN pertama biasa saja, selanjutnya baru terasa istimewa. Itulah yang penulis alami saat bertemu dengan Bupati Kabupaten Asahan Drs. H. Taufan Gama Simatupang, MAP, ketika berangkat melaksanakan ibadah umrah pada 16-24 Desember lalu. Pemred penulis H. Prabudi Said dan Ibu beserta dua wartawan dan satu karyawan bersama puluhan jemaah dari PT Siar Haramain Internasional, Medan,  berada satu rombongan bersama orang nomor I Pemkab Asahan itu didampingi istri.

Saat bertemu di Bandara KNIA sebelum keberangkatan, hanya terjadi salam dan sapa untuk berkenalan satu dengan lainnya. Meski beberapa hari sebelumnya sudah diberitahukan Pemred penulis, bahwa bersama rombongan disertai Bupati Asahan dan istri. Selama didalam pesawat suasana juga berlangsung adem. Baru ketika berada di Madinah, suasana keakraban antara jemaah mulai terjalin.

     Agaknya tak banyak yang tahu, keberangkatan H. Taufan Gama Simatupang melaksanakan umrah kali ini, adalah yang kesekian kali, dimulai sejak 1995 hingga kini. Dalam rentang waktu sekira 19 tahun, hampir setiap tahun sosok bupati ini pergi umrah dan haji. Ada tiga kali melaksanakan haji selebihnya umrah dan hanya sekira tiga kali saja, sang bupati itu, tidak pergi. Dengan jangka waktu yang demikian, dipastikan Taufan Gama memahami denyut nadi dua tanah haram yang sangat dimulakan umat Islam itu dari tahun ke tahun.

     Bahkan, mungkin sedikit pula yang tahu betapa kecintaan Bupati Asahan itu terhadap Makkah dan Madinah, menggerakkannya untuk setiap tahun pula memberangkatkan dan membiayai masyarakatnya pergi umrah dan haji. Tahun ini saja, Taufan Gama, dari informasi memberangkatkan 10 jemaah umrah melalui biaya pribadinya. “Itu dilakukan pak bupati setiap tahun,” ujar Asisten Pemkab Asahan Taufik, yang ikut bersama istri dan anak menemani Taufan Gama menunaikan umrah.

     Proses memberangkatkan umrah dan haji masyarakatnya juga berlangsung unik. Diceritakan, bupati Asahan itu, sering turun bertemu dengan masyarakatnya di berbagai tempat. Biasanya dalam pertemuan itu, Taufan Gama, selalu memperhatikan warga yang ada. Biasanya, diakhir pertemuan bupati mendatangi seseorang, kemudian menawarkannya untuk berangkat umrah atau haji. “Beliau selalu mengajak umrah dan haji, setelah menilai  warganya itu layak untuk diberangkatkan. Jadi beliau menilai layak pergi itu dengan hatinya,” tambah Taufik.

     Salah satu di antara tujuan umrah dan haji Taufan Gama, adalah menziarahi makam orang tuanya Almarhum H. Abdul Manan Simatupang yang juga mantan bupati Asahan. Ayahanda tercinta beliau yang juga dikenal sebagai pendiri Pesantren Modern Darul Ulum, Kisaran, meninggal di Makkah dan dimakamkan di Ma’la. Sedangkan tujuan utamanya, adalah proses spiritualitas untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. “Kalau sudah berada di tanah haram, hati dan perasaan tenang. Itu yang menggerakkan saya terus datang ke sini,” ujar Taufan, saat berbincang menjelang kepulangan ke tanah air.

     Dalam perbincangan lain, Taufan Gama, mengungkapkan seringnya berangkat pergi umrah dan haji ketika punya hajat besar dan berharap Allah Swt mengabulkan hajatnya itu. Penulis H. Prabudi Said, sang bupati mengakui salah satu di antara hajat terbesarnya adalah bermohon agar diberikan istri yang sesuai keinginannya. “Alhamdulillah, hajat itu makbul dan mendapatkan istri sesuai dengan harapannya,” ujar Pemred dalam satu perbincangan.

     Hal lain yang jadi pengalaman spiritualitasnya saat berada di Masjidil Haram, adalah ketika bermunajat agar diberikan anak laki-laki, karena sebelumnya hanya mendapatkan dua anak perempuan dari buah pernikahannya. Munajat itu pun dikabulkan Ilahi Rabbi dengan memberinya seorang anak laki-laki. “Setelah anak itu berusia tiga bulan, saya langsung membawanya ke Masjidil Haram dan menyampaikan rasa syukur,” terang dia, dalam beberapa kali percakapan.

     Tak hanya itu, banyak nilai-nilai spiritualitas yang pernah dialami Taufan Gama Simatupang dalam hidupnya terkait dengan kecintaannya pada dua tanah haram itu. Allah selalu memberinya jalan keluar saat diterpa kesulitan, bahkan terkadang melalui pengalaman yang hampir tak masuk akal. Misalnya, ketika mengikuti Pilkada Kabupaten Asahan perode lalu. Saat itu, sang calon bupati, kesulitan pendanaan karena memang selama menjadi wakil bupati berada dalam posisi terpinggirkan.

     Entah bagaimana, saat berada di Jakarta, dia dihubungi perempuan tua mengaku warga Asahan, di mana saat bertemu terkesan penampilannya tidak meyakinkan secara pisik, bahwa perempuan tua itu orang berharta.  Anehnya, perempuan tua itu menawarkannya sejumlah besar uang. “Pesannya cuma satu, bangun Asahan dari sumbangan itu. Dan dia tidak meminta dikembalikan, padahal dana itu milyaran,” terang Taufan kepada H. Prabudi Said. Dengan dana itulah, dia membiayai dirinya di Pilkada dan menang. Namun, Taufan Gama mengaku dirinya tidak serakah pada materi dunia.

     Dia, pernah mengalami kejadian aneh, ketika berada di tanah suci. Saat berbelanja di salah satu market, ketika akan membayar belanjaan, tiba-tiba disampingnya datang seorang pria Arab dan meminta segera dilayani. Saat itu Taufan merasa jengkel dan menilai pria itu sombong. Bagaimana tidak, ketika membayar belanjaan yang tak seberapa, si pria Arab itu mengeluarkan kredit card gold. “Bertambah besar penlaian dia, pria itu memang sombong. Timbullah sikap usilnya, dengan meminta pria itu, agar memperlihatkan kartu kredit gold itu kepadanya.

     Anehnya, pria Arab itu memberikannya. Bahkan, dengan keusilannya Taufan Gama justru meminta agar kartu itu diberikan kepadanya. Lebih menakjubkan lagi, si pria Arab justu memberikannya dengan senang hati. Namun, karena berniat usil, Taufan pun menolak pemberian itu. Ternyata pria Arab itu marah. Si pemberi itu bilang, jangan mengira dana yang tersimpan di kartu itu tak ada. Lalu pria Arab itu meminta kasir memperlihatkan berapa dana yang tersimpan. Olala, ternyata dana yang tersimpan di kartu kredit yang akan diberikan kepada Taufan Gama itu jumlahnya mencapai 10 juta dolar AS. Setelah tahu nilainya sebesar itu, pria Arab itu tetap menawarkannya kepada Taufan tanpa syarat apapun juga, tapi sang bupati tetap menolak. Akhirnya si pria Arab itu pergi, ketika sesaat  Taufan Gama membalik ke belakang, pria itu sudah tak terlihat lagi.

     Selama berinteraksi dengan Taufan Gama, terlihat jelas karakternya sebagai pemimpin. Taufan selalu peduli pada masalah jemaah dan memecahkan masalah itu. Selalu memperhatikan keadaan jemaah, meski sebenarnya ada kepala rombongan dari PT Siar Haramain Internasional. Bahkan, di saat tertentu, dia bisa memberi nasehat bernas kepada jemaah.

     Saat d Madinah menjelang keberangkatan ke Makkah, kami sempat berbincang soal ustadz yang menerima amplop dalam dakwahnya. Taufan Gama mengatakan sangat tidak setuju dengan tingkah polah ustadz yang mematok honor jika hendak berdakwah. “Saya tak suka dengan model ustadz macam gini. Apalagi kalau ada ustadz yang meminta-minta, biasanya tak pernah saya beri,” tegas dia.

     Penulis sempat bereaksi dengan mengatakan saat berdakwah selalu menolak pemberian amplop dari kenaziran masjid. Justru Taufan Gama memberi nasehat, tidak boleh menolak pemberian honor secara langsung, tapi lakukan dengan cara baik, misalnya dengan tetap menerima amplop honor khutbah, tapi selanjutnya masukkan ke dalam kotak infak. “Itu lebih santun dan terhindar dari sikap sombong. Bagi si pemberi, lebih sakit memberi tapi ditolak daripada meminta tapi ditolak,” pesan dia.

     Hal lain dari nilai-nilai spiritualitas umrah H Taufan Gama Simatupang, adalah sikapnya yang senang bersedekah dan menolong siapa saja. Karakter itu, terlihat dari interaksinya dengan puluhan jemaah umrah. Dia tidak segan-segan mengangkat barang-barang bawaan orang lain dengan senang hati. Demikian pula dengan kebiasaannya mentraktir jemaah untuk makan dan berbelanja bersama dia. Satu hal yang tak bisa dilupakan pada sosok ini, adalah sense of humor-nya yang tinggi. Hampir tidak ada jemaah yang pernah bersenda gurau dengannya yang tidak ngakak lebar, karena guyon sang bupati yang segar.

     Ternyata, sembilan hari bersama bupati Asahan Taufan Gama Simatupang, banyak ibrah yang bisa diambil dari sosok satu ini. Ingin rasanya keberasamaan itu tak segera berakhir, namun hidup memang harus berlangsung dengan panggung dan peran masing-masing. Terima kasih Bang Taufan Gama Simatupang, semoga dalam suasana lain kita bisa bersama kembali. Abdul Khalik.

Post a Comment for "Belajar Dari Spiritualitas Umrah "Buya" Bupati"