----iklan---- ‘Pabrik’ Notebook dan Digital Proyektor Ada Di SMKN 2 T.Tinggi - JEJAK KHALIK
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

‘Pabrik’ Notebook dan Digital Proyektor Ada Di SMKN 2 T.Tinggi


Notebook dan laptop, juga digital proyektor alias infocus atau barang eletronik lainnya, mungkin bagi sebagian besar warga Kota Tebingtinggi, adalah barang mahal dan langka. Digital proyektor misalnya, alat itu sangkin langkanya hanya ada di sejumlah perkantoran pemerintah, khususnya di ruang pertemuan. Jika pun ada di sekolah dan perkantoran, perangkat elektronik berfungsi memperbesar tampilan gambar, hanya ada pada sekolah RSBI atau perusahaan bermodal milyaran rupiah.

Apalagi notebook dan laptop, mungkin hanya warga dari kalangan kelas menengah ke atas yang memilikinya sebagai salah satu koleksi harta pribadi berharga. Maka jangan heran, jika di kota lintasan itu, kedua barang elektronik itu masih menjadi salah satu peralatan yang mampu mengatrol gengsi sosial pemiliknya.

Terkait barang-barang elektronik itu, siapa yang menyangka jika saat ini SMKN 2 Kota Tebingtinggi, telah menjadi salah satu ‘pabrik’ yang memproduksi notebook, laptop dan digital elektronik itu. Dalam tahun 2010 ini, ribuan barang elektronik itu dirakit para siswa SMKN 2, sebagai bagian dari alih tekonologi kepada siswa-siswi di sekolah itu. Kepercayaan merakit peralatan notebook dan digital proyektor itu, diraih SMKN 2 dari PT Zyrexindo Mandiri Buana sebagai penyedia barang/jasa perakitan alat elektronik itu.

Kasek SMKN 2 Drs. Harsono, Senin (22/11), mengatakan pihaknya mendapat kepercayaan dari perusahaan computer dalam negeri itu, merakit peralatan teknologi perusahaan, satu tahun belakangan. Perangkat teknologi yang dirakit terdiri dari notebook dan infocus alias digital proyektor. Hingga akhir November, diikat kontrak penyelesaian perakitan infocus sebanyak 1026 unit. Sebelumnya perusahaan itu juga telah mempercayakan perakitan notebook kepada SMKN 2. Saat ini, SMKN 2 selain telah menerapkan manajemen mutu ISO 9001:2008 juga mendapat predikat sebagai teaching factory’s. Artinya, sekolah itu dipercaya sebagai salah satu institusi pendidikan untuk alih teknologi.

Dalam proses alih tekonologi itu, SMKN 2 tidak hanya dipercaya merakit perangkat setengah jadi menjadi barang jadi, tapi juga dipercayakan menjaga kualitas produk serta mendistribusikan produk. “Infocus yang kita rakit ini, nantinya akan digunakan seluruh SMKN se Sumut. Ada 182 sekolah,” kata Harsono. Barang setengah jadi itu memiliki merk dan standard industri Zyrex. Merk digital proyektor itu, tertulis ‘SMK Zyrex,’ dengan dasar putih dan tulisan warna merah.

Biaya pengadaan digital proyektor itu, tambah Harsono, berasal dari dana APBN TA 2010 Departemen Pendidikan RI. Tujuannya, memberikan pengetahuan dasar bagi siswa merakit dan memahami struktur digital proyektor maupun peralatan teknologi lain. Adanya kompetensi siswa dalam proses perakitan alat teknologi serta bekal pengetahuan untuk kesiapan siswa memasuki dunia kerja industri.

Pun demikian, kegiatan alih teknologi itu, bukan tanpa persyaratan ketat perusahaan. Misalnya, saat proses perakitan, tidak boleh terjadi produk gagal mencapai 5 persen, setelah perakitan. Nanti perusahaan akan melakukan uji kelayakan produk. Di sana akan diketahui berapa persen produk gagal. “Uji kelayakan itu menyangkut reputasi sekolah,” terang Harsono. Atas dasar itu, pula seluruh proses perakitan hingga distribusi barang siap pakai, memiliki standard operasionl procedure (SOP) yang ketat.

Namun, hingga kini proses perakitan berdasarkan SOP Zyrex, sukses dilaksanakan SMKN 2. “Ke depan kita sedang melakukan pendekatan dengan perusahaan elektronik BenQ (perusahaan elektronik Prancis) untuk bisa menjadi salah satu network perakitan peralatan industri mereka,” ungkap Kasek yang pernah melakukan studi banding ke Kanada itu. Bahkan, sedang dijajaki pula upaya perakitan sepeda motor dari perusahaan yang saat ini jadi mitra pembelajaran SMKN 2.

Transfer Skill

Kegiatan alih teknologi dalam bentuk perakitan (asembling) itu berlangsung di salah satu ruang operasional SMKN 2 di Jalan Gn. Leuser. Puluhan siswa dari berbagai jurusan bekerja dengan bimbingan tutor memasang peralatan elektronik digital proyektor. Potongan-potongan digital proyektor alias infocus itu, ketika datang dari pabriknya dalam posisi terpisah-pisah. Tugas siswa SMKN 2 itu, merakit potongan infocus itu, jadi utuh dan bisa dioperasikan secara baik. “Bagi siswa yang sudah mahir, bisa diselesaikan dalam tempo 30 menit,” ujar Rahmat, tutor asembling yang dapat pelatihan dari perusahaan Zyrex itu.

Tutor asembling itu semula dilatih perusahaan pemasok suku cadang sebanyak 10 orang. Selanjutnya, skill yang mereka peroleh di ketok tularkan (transfer) kepada 30 rekannya sesama guru di SMKN 2. Tak sampai di situ, selain guru, SMKN 2 juga, memiliki kebijakan merekrut alumni sekolah itu sebagai tutor asembling. “Mereka dibiayai sekolah melalui pembiayaan melanjutkan pendidikan sarjana,” kata Kasek Drs. Harsono, disela-sela pengawasan pekerjaannya sebagai quality control produk.

Kebijakan melakukan rekruitmen terhadap lulusan sekolah, sebagai bagian dari proses alih teknologi dari siswa senioren kepada adik-adik junior mereka. “Kita merekrut alumni yang pintar dan berprestasi sebelumnya, tapi berasal dari keluarga kurang mampu,” terang dia.

Dengan proses itu pula, siswa berprestasi tapi kurang mampu secara ekonomi itu, bisa melanjutkan cita-cita mereka sambil mengabdi di almamater semula. “Tahun ini ada lima alumni yang kita rekrut dan pekerjakan sebagai tutor,” aku Harsono. Ke depan kebijakan semacam ini akan terus dikembangkan, agar nantinya SMKN 2 memiliki tenaga skill terdiri para tutor alumni sekolah selain guru yang ada. Proses itu terus berlangsung sebagai bagian dari proses massifikasi alih teknologi industrial.

Andai saja, proses alih teknologi perakitan ini tidak hanya diajarkan kepada siswa-siswi SMKN, tapi diketok tularkan kepada masyarakat luas, berbasis komunitas, lingkungan maupun kelurahan. Bisa jadi, inilah awal kebangkitan dunia industrial rumahan di negeri ini. Negara China yang saat ini mampu menyalib keunggulan teknologi industri Amerika Serikat dan Eropah, memulai kebangkitan industrialnya dengan memassalkan proses penciptaan dan perakitan peralatan teknologi dari setiap rumah tangga. SMKN 2 Kota Tebingtinggi, telah memulai proses itu dari tempat mereka…Siapa menyusul?

ALIH TEKNOLOGI : Produk notebook yang dirakit siswa SMKN 2 Kota Tebingtinggi dengan latar belakang siswa yang sedang bekerja. Proses asembling ini bagian dari alih teknologi industrial yang layak di contoh masyarakat. Foto direkam, Senin (22/11).

Post a Comment for "‘Pabrik’ Notebook dan Digital Proyektor Ada Di SMKN 2 T.Tinggi"