----iklan---- Menelisik Fenomena HM Sjafri Chap Pada Pemilukada T.Tinggi - JEJAK KHALIK
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menelisik Fenomena HM Sjafri Chap Pada Pemilukada T.Tinggi


“Saya sudah bekerja maksimal dan inilah hasilnya,” ujar HM Sjafri Chap, didampingi sejumlah anggota DPRD Partai Golkar, Senin (17/5), saat seorang Kabag Sekretariat DPRD mengucapkan selamat atas keberhasilan pasangan Wak Ichap (panggilan akrabnya)-Ir.H. Hafaz Fadillah, MAP, MSi sebagai pemenang Pemilukada Kota Tebingtinggi 12 Mei 2010 lalu. Ketua DPRD itu juga, menyebutkan kata ‘kehendak Allah’ atas prestasi yang diukirnya itu.

Kawan dan lawan politisi asal Partai Golkar itu, menyebut kemenangan pasangan No.4 itu sebagai fenomenal. Alasannya, sejak awal majunya HM Sjafri Chap sebagai calon walikota 2010-2015, umumnya memandang sosok pria yang telah tiga kali menyandang jabatan Ketua DPRD itu, hanya main-main alias tidak serius. Namun, ketika langkah-langkah politik yang dimainkannya menemukan bentuk aslinya, semua orang dibuat terperangah.

Bahkan, kemenangan pasangan Sjafri-Hafaz itu dengan mengalahkan rival terberatnya, yakni pasangan Umar-Irham dan Syahril-Gunadi, membuat banyak warga tidak percaya. Elit menengah kota itu tertunduk dan terdiam tanpa kata, karena menyadari lima tahun ke depan, kota lintasan itu akan dipimpin sosok yang selama ini dibenci sekaligus dipuja banyak warga.

HM Sjafri Chap, pria kelahiran Simpang Neraka, Kel. Durian, Kec. Tebingtinggi Kota 62 tahun yang lalu itu, dibenci banyak kalangan, karena latar belakang kehidupan dan sepak terjang politiknya yang dinilai ‘hitam.’ Tapi sosok ‘preman’ itu juga dipuja banyak kalangan, terutama warga miskin, disebabkan tangannya yang demikian murah memberi, menolong dan melepaskan warga miskin dari beban kehidupan. “Sosok dia itu seperti Robin Hood,” ujar seorang aktifis yang selama ini dikenal sangat kritis terhadap HM Sjafri Chap.

Kemenangan fenomenal HM Sjafri Chap-Hafaz Fadillah dengan mengantongi suara hingga 36,79 persen dari 113.639 suara, dan unggul dalam satu putaran saja, menunjukkan adanya hal istimewa yang perlu dicermati dari langkah-langkah politik, tokoh satu ini. Tidak cuma itu, nilai-nilai kepribadian yang bersemayam dalam dirinya, sepak terjang politik, jaringan kerja serta sumber daya kekuasaan yang dibinanya selama ini, pantas pula diapresiasi untuk dikaji secara jujur dan jernih. Karena, suka atau tidak suka, HM Sjafri Chap, kini mulai membentuk citra sebagai ikon politisi tanpa tanding, khususnya di Kota Tebingtinggi.

Memulai karir sebagai Ketua Partai Golkar pada 2000, hingga kini HM Sjafri Chap tak tergantikan dalam tiga periode kepengurusan partai warisan Orde Baru itu. Keikhlasan kader partai berlambang pohon beringin terhadap kepemimpinan pria berdarah Minang dari suku Jambak itu, selama tiga periode, agaknya karena menyadari belum ada sosok setara yang bisa menggantikan posisinya. Praktek menjadi pemimpin tak tergantikan itu, sudah dilakoni HM Sjafri Chap sejak lama, ketika memimpin sejumlah OKP, organisasi profesi hingga organisasi olah raga. Entah sejak kapan dia mulai memimpin MPC Pemuda Pancasila, BPC Gapensi, hingga PSKTS, tapi hingga kini, tokoh satu ini tak pernah melepas satu pun dari organisasi yang dipegangnya itu.

Kepiawaian HM Sjafri Chap sebagai politisi jarang tanding, mulai terlihat saat dia berhasil menjadi Ketua DPRD Kota Tebingtinggi periode 1999-2004, meski saat itu partai yang dipimpinnya bukan sebagai partai pemenang Pemilu. Dengan kekuatan enam kursi, Partai Golkar yang masih menyimpan beban hitam Orde Baru kala itu, membuat tak berkutik PDIP yang memiliki tujuh kursi serta sejumlah partai yang mengaku reformis, seperti PPIB, PAN, PPP serta sejumlah partai gurem lainnya di DPRD.

Sejak itulah, HM Sjafri Chap dan Partai Golkar malang melintang di dunia politik kota itu. Di mana Pemilu 2004, partai plat kuning itu merebut suara mayoritas dengan 9 dari 25 kursi DPRD yang ada. Sedangkan Pemilu 2009, meski hanya meraih 5 kursi, tapi tetap keluar sebagai pemenang dan berhak mendapat jatah Ketua DPRD.

Sumber Daya Kekuasaan

Banyak kalangan, menilai HM Sjafri Chap mampu menapak karir cemerlang dalam dunia politik di kota itu, hanya karena faktor uang dipadu dengan pressure politik yang efektif. Umumnya, memandang betapa limpahan uang yang dimiliki serta pressure group yang digenggam HM Sjafri Chap, membuat dirinya bisa bertahan, di saat banyak lainnya tak mampu untuk itu.

Pandangan itu, sekilas memang ada benarnya. Akan tetapi, jika mau jujur, ada banyak faktor yang membuat sosok satu ini, bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama, ditengah deraan politik yang tinggi. Dalam sosiologi politik, inilah yang diistilahkan sebagai sumber daya kekuasaan. Harus diakui HM Sjafri Chap memiliki sumber daya kekuasaan yang lengkap dan mengakar. Hal itu terbangun secara berkesinambungan akibat ‘kelemahan’ plus ketidak berdayaan dari rival politiknya, khususnya kalangan eksekutif.

Dengan modal cara-cara politik ala ‘preman,’ HM Sjafri Chap mampu mengonsolidasi sumber daya kekuasaannya secara berkesinambungan, mulai dari pengadaan cost politik, loyalitas kader hingga jaringan kerja yang solid. Untuk cost politik, sejak lama HM Sjafri Chap dikenal sebagai pengusaha sukses yang sejak masih muda digelutinnya, melalui sejumlah perusahaan. Usahanya, merambah beberapa daerah, mulai dari Deli Serdang, Sergai, Tebingtinggi hingga ke Batubara. Belum lagi usaha batu mulia yang banyak tidak diketahui orang. Melalui usaha satu ini lah, HM Sjafri Chap membangun jaringan politiknya di Jakarta.

Loyalitas kader yang dimiliki HM Sjafri Chap, harus diakui hingga kini belum ada tandingannya di Kota Tebingtinggi. Belasan tahun memimpin Pemuda Pancasila, telah membentuk adagium, Ormas itu menjadi salah satu perusahaan terbaik tokoh yang pendidikannya banyak disorot rival politiknya. Kekuatan kader PP itu diperkaya dengan jaringan kuat yang dimiliki Partai Golkar. Tidak mengherankan, jika sinergi antara PP dan Golkar dalam aktifitas politik, akan sangat sulit ditandingi.
Selain itu, lima tahun belakangan terjadi pula pergeseran dalam jaringan kerja politik di kalangan pendukung HM Sjafri Chap. “Berkawan dengan omak-omak lebih bagus dari pada berkawan dengan ayah-ayah,” kata dia, dalam satu perbincangan. Alasannya, omak-omak (kaum perempuan) dalam politik lebih terjamin kesetiannya ketimbang ayah-ayah (kaum pria). Jika kaum perempuan sudah menyatakan dukungan, sulit bagi mereka untuk lari. Tapi tidak demikian halnya dengan kaum pria yang demikian mudah menukar loyalitasnya. Terbukti, dalam Pemilukada Tebingtinggi 2010, jaringan omak-omak menjadi faktor terbesar kemenangan HM Sjafri Chap.

Faktor eksternal itu, berpadu kuat dengan sosok pribadinya yang mewarisi citra pemimpin kharismatik. Model kepemimpinan kharismatik yang dimiliki HM Sjafri Chap,merupakan anugerah yang dimilikinya. Hal itu terlihat dari pidato-pidatonya yang berapi-api dan mampu menggerakkan massa. Menggunakan idiom-idiom keagamaan, HM Sjafri Chap mampu membius massa jika berpidato. Suaranya yang serak-serak basah akan setia diikuti massa secara tertib, kadang bisa mencapai puluhan menit hingga hitungan jam. “Kalau Wak Ichap berpidato bisa naik bulu kuduk awak,” ujar seroang tukang becak, saat ikut kampanye Pemilukada, beberapa waktu lalu.

Empat kekuatan utama HM Sjafri Chap, kepemimpinan kharismatik, cost politik, loyalitas kader hingga jaringan kerja itulah sebagai sumber daya kekuasaan yang bekerja efektif dan efisien disaat Pemilukada lalu. Karena itu, wajar jika kemudian pasangan Minang-Melayu itu, memenangkan pertarungan demokrasi di kota lintasan itu.

Kini, setelah menang, ceritanya akan menjadi lain. Sebagai walikota HM Sjafri Chap tidak lagi bisa mengandalkan empat kekuatan utamanya itu untuk memajukan kota. Karena, membangun kota tidak sama dengan membangun kekuatan sumber daya politik dan kekuasaan. Membangun kota butuh kemampuan teknis dan bukan kemampuan ideologis dan politik. Sejarah akan membuktikan apakah kemampuan HM Sjafri Chap dalam membangun sumber daya kekuasaannya hingga berhasil akan sebanding dengan upaya membangun masyarakat dan masa depan Kota Tebingtinggi. Wallahu a’almu bi as shawab.@

Post a Comment for "Menelisik Fenomena HM Sjafri Chap Pada Pemilukada T.Tinggi"