Buku Menguak Problem Sosial, Kajian Yang Memiliki Relevansi Dengan Kekinian
Balai Kartini Kota Tebingtinggi, Rabu (20/1), terlihat berdandan lain. Karena inilah perhelatan akbar pertama yang pernah ada dalam sejarah perjalanan Kota Tebingtinggi. Perhelatan akbar itu bernama ‘Peluncuran Buku : Menguak Problema Sosial, Percik Pemikran Seorang Birokrat.’ Buku setebal 268 halaman itu, dengan halaman sampul berwarna cerah kuning bercampur putih, merupakan karya Sekdako Tebingtinggi H. Irham Taufik Umri, SH, MAP.
Acara itu demikian prestisius, selain pertama kali terjadi di kota itu, mereka yang hadirnya juga memilik kapsitas tak tanggung-tanggung. Wagubsu Gatot Pujonugroho. ST bersama rombongan, mewakili Menteri Sosial RI, Wabup Deli Serdang H. Zainuddin Mars, S.Sos, Wabup Kab. Sergai Ir. Sukirman serta jajarannya duduk di posisi depan, bersama Walikota Ir. H. Abdul Hafiz Hasibuan dan jajaran Muspida Tebingtinggi beserta kepala SKPD, Camat dan Lurah. Bahkan, tokoh pers Sumut Pemimpin Umum Harian Waspada, Medan Dr. Hj. Rayati Syafrin, MBA, MM hadir langsung, sebagai ungkapan hormat terhadap acara itu.
Kalangan intelektual perguruan tinggi juga, terlihat antusias. Misalnya, Rektor IAIN Sumut Prof. DR.H. Nur Ahmad Fadhil Lubis, MA, menjadi pembicara yang membedah buku kumpulan artikel yang dimuat dua tahun belakangan di halaman opiniWaspada. Bersama mereka, ratusan tokoh masyarakat dari berbagai segmen sosial hadir, hingga Balai Kartini jadi penuh sesak.
Meski satu dekade lalu ada peluncuran buku mantan walikota Hj Rohani Darus Daniel, SH, tapi acara itu berlangsung di luar kota, tepatnya di Medan. Tapi, acara kali ini bernuansa lain, karena banyak kalangan menilai sebagai moment untuk membangun wacana intelektualisme di Kota Tebingtinggi. Buku yang diluncurkan pun tidak sembarang tulisan.
Ketika membedah buku itu, disesi awal acara, Rektor IAIN Sumut, mengakui bahwa kajian dalam buku itu, masih relevan dalam konteks kekinian, meski tulisan-tulisan dalam buku itu merupakan artikel yang dimuat di surat kabar. “Dari sisi ini, meski tulisan itu mengurai isu yang terperangkap pada kungkungan situasinonal, tapi bagi saya, sebagian besar tulisan dalam buku ini memiliki relevansi dengan kekinian dan masih banyak yang terus menjadi persoalan dan perhatian,” tulis profesor hukum Islam IAIN Sumut itu, dalam makalahnya.
Menilai suatu tulisan, lanjut Fadhil, setidaknya ada tiga kajian yang harus diperhatian, yakni siapa penulis, bagaimana teksnya dan bagaimana hubungannya dengan konteks. Doktor studi Islam lulusan Amerika itu, mengakui Irham Taufik dilahirkan dari keluarga yang mementingkan pendidikan. Namun, hal terpenting dari semua itu, Irham Taufik jika dicermati dari tulisan-tulisan merupakan sosok autodidact yang banyak belajar sendiri dan menerapkan long life education dalam kehidupannya terutama dengan kegemarannya membaca, berdisklusi dan berorganisasi.
Atas dasar itu pula, Fadhil, menyatakan ketidak setujuannya jika mengelompokkan penulis hanya sebagai ‘birokrat’ semata. Secara teroritis, kata Rektor IAIN Sumut, itu sosok Irham Tafik lebih pas jika dikelompokkan dalam lingkup intelektual, para cendekiawan, meskipun dia seorang birokrat. “Bagi saya, buku ini merupakan cermin bening dan bukti kuat tentang karakter dan kepribadian penulisnya,” tanda Fadhil.
Pernyataan lebih bernas juga muncul dari Wagubsu Gatot Pujonugroho, ST, yang memuji kemampuan Irham Taufik dalam menulis. Tak banyak birokrat yang bisa menulis di negeri ini, dari mereka yang tak banyak itu, Irham Taufik merupakan satu di antaranya, kata Pujonugroho. Wagubsu, menghimbau para birokrat lain untuk mengikuti jejak Sekdako Tebingtinggi itu.
Cara yang diusulkan Wagubsu kepada birokrat, adalah dengan menulis pengalaman apa yang telah mereka jalani, atau yang sedang mereka jalani, atau rencana yang bakal mereka jalani. “Tulisan-tulisan demikian, akan menjadi pelajaran berharga bagi generasi-generasi berikutnya, agar lebih maju,” harap mantan Ketua PKS Sumut itu. Bahkan, Wagubsu juga memberi pesan khusus kepada Walikota Ir. H. Abdul Hafiz Hasibuan yang akan mengakhiri masa tugasnya, untuk menuliskan pengalamannya selama memimpin Kota Tebingtinggi. Bagi warga kota itu, akan menjadi kado perpisahan yang sangat indah, tandas Wagubsu.
Walikota Ir. H. Abdul Hafiz Hasibuan, dalam kesempatan itu menyatakan salutnya kepada bawahannya itu. Karena ditengah kesibukan sebagai kepala dari birokrasi yang bertugas melayani masyarakat Tebingtinggi, Irham Taufik masih mampu menelurkan karya tulis yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Hafiz, juga dalam kesempatan itu, memohon ijin kepada semua kalangan, karena masa tugasnya akan berakhir dalam hitngan bulan. “Saya berpesan pilihlah pemimpin yang lebih baik dari saya. Jangan yang lebih buruk,” tegas dia.
Sebelumnya penulis buku H. Irham Taufik Umri, SH, MAP, menyatakan buku yang diterbitkan itu terdiri dari 50 artikel dari ratusan artikel yang telah dimuat di Harian Waspada dalam beberapa tahun. Dia, menyatakan artikel itu merupakan tulisan yang mencoba melihat persoalan-persoalan yang tengah dihadapi masyarakat dan tetap relevan dengan kekinian. Proses kreatif pembuatan artikel itu, aku Taufik, dilakukan usai sholat Shubuh, menjelang bekerja. Bahkan, tak jarang artikel-artikel itu ditulis saat malam-malam libur kerja, berdasarkan pada perenungan, dialog serta berbagai persoalan yang dihadapi dalam keseharian.
Pada acara itu, H. Irham Taufik Umri, SH, MAP berkenan menyerahkan buku kepada para pejabat yang hadir dalam kesempatan itu. Termask kepada pimpina Ormas, SKPD, guru, ogrnisasi profesi, nazir masjid dan pengelola gereja. Buku itu juga disumbangkan kepada Perpustakaan Umum Kota Tebingtinggi 100 eksemplar sebagai sumbangan kepada warga kota. “Bagi masyarakat yang tidak mendapat buku gratisnya silahkan mebeli di Gramedia dan Gnng Agung,”tutup Sekdako yang bakal maju dalam Pilkada Tebingtinggi 2010 bersama Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM.
KARYA INTELEKTUAL : Sekdako Tebingtinggi H. Orham Taufik Umri, SH, MAP menyerahkan buku karya intelektualnya kepada Pimpinan UmumWaspada Dr. Hj. Raya Syafrin MBA, MM, disela acara peluncuran buku “Menguak Problem Sosial,” Rabu (20/1).
Post a Comment for "Buku Menguak Problem Sosial, Kajian Yang Memiliki Relevansi Dengan Kekinian"