----iklan---- Air Terjun Yang Mempesona di Asahan Dan Simalungun - JEJAK KHALIK
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Air Terjun Yang Mempesona di Asahan Dan Simalungun

AIR TERJUN, sejujurnya fenomena alam itu adalah ‘sihir’ yang memukau. Hampir tak ada orang yang memiliki rasa estetika dalam dirinya tidak menyukai keindahan air yang meloncat terjun dari ketinggian, kemudian meluncur deras ke bawah dengan suara bergemuruh. Tak mesti harus menikmati air terjun skala besar, air terjun dengan skala kecil juga banyak menyebar dan terapat di berbagai lokasi. Air terjun itu, bisa membuat rasa estetika kita bergetar.
Paling tidak ada dua kabupaten di Sumut ini yang menyimpan banyak lokasi air terjun, yakni Kab. Asahan dan Simalungun, meski di daerah lain juga ada. Tulisan ini, mencoba menyelusuri sejumlah air terjun di dua kabupaten itu, sebagai acuan jika pembaca yang ingin berkunjung ke sana. Lokasi itu, air terjun itu, adalah Air terjun Simonang-monang dan Simanik-manik serta Beteng 7 di Asahan dan air terjun Bah Butong dan Bah Damanik di Simalungun.

Air Terjun Simonang-monang
           
Air terjun Simonang-monang berada di kawasan perkebunan Aek Loba, PTPN III, Kec. Aek Songsongan, Kab. Asahan.  Jika Anda ingin menuju ke sana, dari Kisaran perjalanan di lanjutkan hingga ke Pulu Raja. Pada pabrik kelapa sawit Pulu Raja, kenderaan berbelok ke jalan lintas menghubungkan Pulu Raja dengan Porsea. Jalan provinsi ini cukup bagus, karena aspalnya baru saja diperbaiki. Sesampainya di Pekan Aek Songsongan, kenderaan berbelok menuju arah Bandar Pulau dengan melintasi jembatan yang membelah sungai Asahan.
Melewati jembatan, kenderaan Anda berbelok ke kiri memasuk jalan perkebunan dan tiba di gapura masuk Desa Padang Pulau. Mengikuti jalan desa perkebunanyang sejuk itu, Anda akan sampai ke pabrik PKS Aek Loba. Dari sini kenderaan melintasi kawasan perkebunan sawit dan akan sampai di lokasi Air Terjun Simonang-monang. Air terjun Simonang-monang ini hanya lah kawasan jurang yang dilintasi sungai kecil berbatu-batu. Namun, sejak puluhan tahun lalu, lokasi ini sudah dikunjungi berbagai kalangan.
Dari berbagai goresan graffiti yang  berserakan di sekitar air terjun itu, ada tulisan tahun 1931 atau 1936 yang diperkirakan, sejak tahun itu telah ada warga yang mengunjungi air terjun dimaksud. Ada juga sejumlah tulisan beraksara China dana Arab Melayu yang diperkirakan tulisan nama-nama pengunjung kawasan itu di masa lalu. Bahkan, pada salah satu undakan batu besar lainnya, ada tulisan 1963 dengan goresan ‘D.P.R Sarbupri’ sebuah organisasi buruh yang berafiliasi kepada PKI.
Goresan graffiti pada batu-batu besar di air terjun Simonang-monang itu, menunjukkan kawasanitu sudah dikunjungi banyak kalangan lintas generasi selama hampir satu abad. Sayangnya kawasan itu sekarang terkesan tidak terurus. Pada beberapa tempat di lokasi itu ada bekas reruntuhan bangunan, yang mungkin sebelumnya dikelola dengan baik, namun belakangan tidak lagi dikelola.  Ketinggian luncuran air dari puncak hingga ke dasar diperkirakan setinggi 20 meter dengan areal dasar seluas 50 meter lingkaran.
Dari sejumlah keterangan, kawasan air terjun ini tidak dikelola sebagai daerah wisata, karena banyak menimbulkan korban meninggal akibat tenggelam. Ada juga yang menyebut, kawasan itu miliki pribadi seorang pengusaha perkebunan yang tak mengijinkannya untuk dikelola. Namun, yang pasti air terjun Simonang-monang ini sungguh menarik untuk dikunjungi sebagai pelepas kepenatan dan merasakan sejuknya air sungai.

Air Terjun Simanik-manik
           
Masih di Kec. Aek Songsongan tapi lebih ke hulu mengikuti jalan lintas provinsi, hanya berbeda desa, ada juga air terjun lain bernama Simanik-manik. Air terjun ini berada di sebuah areal yang dikuasai salah sebuah LSM lingkungan hidup berpusat di Medan.  Kawasan air terjun ini cukup menarik, karena dari tempat parkir, pengunjung harus lebih dulu berjalan melintasi kawasan hutan sekira 200 meter dan bisa menikmati gua dangkal yang sering menjadi tempat para pecinta lingkungan berkemah dan istirahat sejenak, sebelum sampai di lokasi air terjun.
            Seperti air terjun Simonang-monang, air terjun Simanik-manik juga merupakan aliran air sunga kecil yang melintasi hutan dan bermuara di sungai Asahan. Berada di aliran sungai kecil, maka debit air terjun Simanik-manik juga kecil dan sangat tergantung fluktuasi air sungai. Di musim hujan, air terjun Simanik-manik akan memiliki tumpahan yang besar, tapi di musim kemarau tumpahan airnya kecil saja. Saat penulis berkunjung ke sana di akhir Juli, debit air terjun Simanik-manik kelihatan kecil, namun beberapa pengunjung mengakui tak berapa lama lagi air terjun ini akan besar, karena musim hujan akan datang.
            Kawasan air terjun Simanik-manik masih terlihat terjaga keasriannya, karena diperkirakan dipelihara oleh LSM lingkungan itu. LSM ini memiliki pusat pelatihan di sekitar kawasan itu. Habitat hutan seperti monyet dan beberapa hewan lainnya bisa dilihat dan meninggalkan jejak di sekitar aliran sungai. Misalnya, monyet ekor panjang berwarna hitam bisa di lihat pada kawasan ini.
Ketinggian luncuran air dari puncak hingga ke dasar sungai, diperkirakan mencapai 15 meter dengan diameter kolam tampung sekira 30 meter lingkaran. Di bawah luncuran air terjun kita bisa menikmati tanah cekung dengan kedalaman sekira 10 meter dengan siraman embun air terjun yang terus membasahi kawasan dalam gua.
            Untuk masu ke kawasan air terjun Simanik-manik belum ada tarif pembayaran, sehingga diperkirakan kawasan ini tidak dikelola sebagai kawasan wisata olejh pemerintah setempat. Hanya saja beberapa pemuda setempat yang menjaga parkir menagih dana suka rela kepada pengunjung yang datang ke lokasi itu.

Pemandian Beteng 7
           
Kawasan Beteng 7 hanya merupakan aliran sungai Asahan yang kemudian dijadikan sebagai areal pemandian bagi masyarakat yang berkunjung ke sana. Beteng 7 ini berada lebih ke hilir dari air terjun Simanik-manik dan persis berada di lintasan jalan antara Pulu Raja menuju Porsea, Tobasa. Pemandian Beteng 7 berada di kelokan sungai Asahan yang arusnya deras dan dalam. Namun, karena berada di kelokan badan sungai, ada areal tepian sungai yang kosong membentuk pantai yang bisa dijadikan tempat untuk mandi-mandi bagi pengunjung yang datang.
            Tempat pemandian itu, berada di bibir sungai yang curam, dengan ketinggian dari permukaan sungai ke permukaan jalan lintas, sekira 10 meter. Sehingga pengunjung yang ingin mandi harus turun ke bawah. Pada tepian jalan terdapat sejumlah pondok wisata yang dikelola penduduk setempat. Dari dalam pondok yang menyiapkan lokasi pemandangan ke arah sungai, pengunjung bisa menikmati gemericik air dari aliran deras sungai Asahan. Permukaan air kelihatan hijau, hal itu mengindikasikan kedalaman air di hulu sungai Asahan itu dalam kisaran lima hingga tujuh meter.
            Yang menarik dari pemandian Beteng 7 ini, adalah jembatan kecil yang membelah sungai menuju seberang. Jembatan kecil ini hanya bisa dilalui menusia secara terbatas dan tak bisa dilalui kenderaan, meski hanya sepeda. Sesuai keterangan di papan informasi, maksimal orang yang bisa melintasi jembatan itu hanya tujuh orang, jika lebih bisa menimbulkan resiko jembatan patah.
Jembatan ini, kabarnya dibangun oleh kontraktor Jepang saat membangun bendungan Sigura-gura di kawasan Sampuran Harimau. Jembatan itu dibuat untuk melangsir bahan besi dan baja serta peralatan lainnya dalam rangka pembangunan tower listrik. Setelah proyek selesai jembatan itu tidak dibongkar dan difungsikan penduduk setempat sebagai jalan alternatif. Banyak pengunjung kawasan itu yang kemudian memanfaatkan jembatan sebagai tempat uji nyali, karena goyangan jembatan itu bisa membuat adrenalin muncul.

Air Terjun Bah Biak, Bah Butong
           
Kita beralih ke kawasan air terjun di Kab. Simalungun. Sejak lama orang mengenal kawasan air terjun Bah Butong. Kawasan air terjun Bah Butong ini, terletak di areal perkebunan Bah Butong, PTPN IV, Kec. Sidamanik. Untuk sampai ke sana jika dari Medan kita langsung meluncur ke Pematang Siantar, kemudian menuju arah Parapat. Keluar dari Siantar, kenderaan masuk menuju Sidamanik. Sesampai di kebun teh Sidamanik, kenderaan bisa masuk ke jalan kebun sekira 3 km, hingga tiba di Nagori Bah Butong.
            Air Terjun Bah Butong juga berasal dari aliran sungai kecil yang selama ini jadi sumber air bersih  karyawan perkebunan di sejumlah afdeling. Saat dari ujung desa, pengunjung harus berjalan menurun sejauh sekira 50 meter. Dalam perjalanan akan kita temukan aliran sungai dan mata air yang jernih serta sumur tempat mandi warga.Kemudian ada pula pompa otomatis yang dibuat untuk mengalirkan air pegunungan ke perumahan warga. Sebelum sampai ke air terjun, pengunjung harus menuruni jurang sedalam sekira 20 meter.
            Air terjun ini termasuk lebar areal sebaran airnya, mencapai 10 meter. Namun ketinggian luncuran lebih rendah, hanya sekira 10 meter saja dari atas. Tapi, karena debitnya besar, maka air terjun Bah Butong ini terkesan besar. Sedangkan kolam tampungannya juga kecil, sehingga pengunjung hanya berharap dari tumpahan air, tanpa bisa berenang bebas. Hanya saja jika ingin berenang tak jauh dari air terjun itu, ada aliran sungai kecil yang cukup jernih untuk tempat bersenda gurau dan bermain bersama keluarga.

Air Terjun Bah Damanik
           
 Pemandian Bah Damanik, ini lah pemandian yang airny apaling jernih di antara semua pemandian air terjun yang diceritakan di atas. Pemandian ini, miliki satu keluarga yang dikelola secara baik. Jika ingin datang ke lokasi ini, jalan yang ditempuh sama dengan arah menuju air terjun Bah Butong, hanya saja lokasinya lebih ke bawah. Sebelum sampai di Pekan Sidamanik, pengunjung akan bertemu dengan sebuah masjid bernama ‘Masjid At Taqwa’ di sebelah kiri jalan. Pada titik ini di sebelah kanan jalan ada jalan kecil yang mengarahkan kita menuju pemandian itu.
            Pengunjung cukup membayar parkir Rp10.00 untuk mobil dan bus serta Rp5.000 untuk sepeda motor. Kemudian juga harus membayar karcis masuk Rp4.000 untuk dewasa dan Rp2.000 untuk anak-anak. Kita dipersilahkan menuruni jurang sejauh kira-kira 20 meter. Dari kejauhan saat menuruni tangga, kita akan bisa menikmati lekukan jurang yang dipenuhi oleh air bersih berasal dari perut bebatuan. Areal air terjun Bah Damanik, tidak lah luas, hanya memanjang sekira 20 meter dengan lebara sekira 5-10 meter saja.
Ketinggian air dari dasar pemandian itu hanya 1,20 meter saja dari dasarnya. Meski demikian, ini lah tempat pemandian paling eksotis, karena pengunjung bisa menikmati mata air yang keluar dari celah batu secara langsung. Dari ketinggian pemandian itu, ada juga aliran sungai kecil yang mengalr jatuh ke ceruk pemandian. Oleh pengelola, air yang jatuh dibuat seolah air terjun, sehingga sensasi air sejuk itu kian menggemaskan. Tak hanya itu, di belakang pemandian ini, ada juga satu kolam pemandian lainnya yang tak kalah eksotisnya. Kolam itu dibuat pengelola sedemikian rupa dengan mengumpulkan air dari beberapa mata air, sehingga kejernihan air membuat kita bisa melihat dasar kolam. Namun, antara Bah Damanik dan kolam it beda pengelolaan, sehingga pengunjung harus bayar lagi, jika ingin menikmati kolam mata air itu.
Kesemua air terjun itu merupakan berkah bumi untuk kesenangan manusia. Tinggal lagi bagaimana berkah itu bisa dinikmati tanpa harus merusaknya. @Abdul Khalik

Post a Comment for "Air Terjun Yang Mempesona di Asahan Dan Simalungun "